BUMI DATAR VS BUMI BULAT
Perdebatan soal bumi datar dan bumi
bulat kembali mencuat. Sekelompok orang yang tergabung dalam Komunitas Bumi
Datar (Flat Earth Society) mencoba menggugat teori mapan yang menyatakan
bumi adalah bulat.
Adu argumen antardua kubu yang
memiliki keyakinan berbeda terhadap bentuk bumi dapat dirangkum secara
sederhana sebagai berikut.
1. Foto Bumi
Kubu Bumi Datar mengatakan bahwa
foto bumi bulat yang tersebar selama ini adalah hasil rekayasa Computer
Generated Imaginary (CGI) alias buatan komputer. Sebab dari data
satelit-satelit yang diluncurkan NASA, lokasi satelit-satelit di atmosfer
tersebut tidak cukup jauh jaraknya dari bumi untuk bisa memotret bumi secara
keseluruhan.
Analoginya adalah seperti ketika seseorang
memotret bangunan rumah, tapi posisi orang itu hanya berjarak 1 meter di depan
rumah. Apakah orang tersebut bisa mengambil foto rumah secara penuh? Tentu saja
tidak.
Sementara Kubu Bumi Bulat
menjelaskan bahwa foto-foto bumi yang berbentuk bulat memang merupakan hasil
CGI yang dibuat NASA.
Analoginya, orang yang tadi hendak
memotret rumah tidak bisa mundur dan hanya bisa memotret dari jarak 1 meter.
Bagaimana cara agar bisa memperoleh seluruh gambar rumah? Tentu saja dengan
berkeliling mengambil banyak foto dan kemudian menggabungkannya.
Hal seperti itulah yang dilakukan NASA terhadap
foto bumi melalui satelit-satelit yang beredar di atmostfer. Hasil CGI itu
dianggap valid karena foto yang ditangkap oleh satelit memperlihatkan bahwa
bentuk bumi memiliki lengkungan.
2. Satelit
Kubu Bumi Datar menyangsikan
keberadaan satelit-satelit yang mengudara di atmosfer. Sebanyak 3.000 satelit
yang menurut NASA mengorbit bumi di angkasa, tidak dipercayai keberadaannya
oleh mereka.
Mereka mengatakan, gambar-gambar satelit
di angkasa yang beredar selama ini juga merupakan hasil rekayasa CGI.
Argumen mereka, jika ada ribuan
teleskop di dunia ini yang mampu melihat dan memotret planet, bintang, dan
benda langit lainnya, kenapa tidak ada satupun yang dapat melihat dan memotret
satelit?
Sementara Kubu Bumi Bulat
menerangkan penyebab tak ada teleskop di bumi yang bisa menangkap wujud satelit
di langit ialah karena ukuran satelit yang amat kecil jika dibandingkan dengan
planet, bintang, dan benda langit lainnya.
Dengan demikian, wajar jika planet,
bintang, dan benda langit bisa teramati dengan lebih jelas oleh teleskop,
karena ukurannya yang besar.
Kubu Bumi Bulat juga memberikan
contoh rekaman video wujud satelit sangat kecil yang terekam oleh teleskop,
andai Kubu Bumi Datar bisa percaya bahwa video tersebut benar-benar merekam
tampakan satelit yang sesungguhnya.
3. Antartika
Kubu Bumi Datar mengajukan fakta
bahwa selama ini perjalanan mengelilingi dunia hanya dilakukan dari timur ke
barat, dan sebaliknya. Tidak pernah ada yang bisa mengelilingi dunia dari utara
ke selatan, khususnya melewati Antartika atau kutub selatan.
Mereka menyatakan, Antartika adalah
tembok es yang mengelilingi bumi datar.
Penyataan tersebut dibantah oleh
Kubu Bumi Bulat. Mereka mengatakan, sebenarnya sudah ada beberapa penerbangan
yang melintasi kutub selatan. Hal itu misalnya dapat dilihat pada
tulisan-tulisan yang menerangkan tentang polar route (rute perjalanan
melintasi kutub).
Namun, penerbangan melintasi kutub
selatan memang tidak bisa dilakukan setiap saat, tetapi tergantung faktor
cuaca. Inilah kenapa maskapai-maskapai penerbangan tidak bisa menjadwalkan
penerbangan melintasi Kutub Selatan secara reguler.
Apalagi cuaca di kutub selatan bisa
sangat ekstrem, dengan suhu mencapai -40°C yang dapat membekukan mesin jet
sehingga membahayakan nyawa seluruh penumpang pesawat.
4. Siklus Gerhana
Siklus gerhana terjadi setiap 18
tahun 11 bulan dan 8 jam sekali. Siklus itu didapatkan dari Siklus Saros yang
dibuat oleh kaum Babilonia Kuno ribuan tahun silam.
Kubu Bumi Datar mengatakan bahwa
NASA tidak pernah bisa menghitung dengan tepat siklus gerhana berdasarkan teori
bumi bulat dan teori heliosentris mereka, melainkan hanya mencomot angka dari
Siklus Saros yang sudah ada sejak dulu kala.
Kubu Bumi Bulat membantah anggapan
bahwa mereka tidak bisa menghitung tepat siklus gerhana.
Penganut bumi bulat lantas memerinci
cara menghitung siklus gerhana melalui tiga unsur utama, yaitu bulan sinodis,
bulan nodis atau bulan drakonis, dan bulan anomalistik.
Bulan sinodis adalah kurun waktu
peredaran bulan hingga kembali ke fase semula, yaitu 29,9 hari. Bulan nodis
atau bulan drakonis adalah kurun waktu saat bulan kembali melampaui titik
simpul, yaitu 27,2 hari. Adapun bulan anomalistik adalah kurun waktu akibat
jarak antara bumi dan bulan yang berbeda-beda, yaitu 27,5 hari.
Dari ketiga kurun waktu tersebut,
kemudian dicari nilai kelipatan persekutuan terkecil, yakni 18 tahun dan 11 1/3
hari.
5. Horizon
Kubu Bumi Datar mengatakan bahwa
horizon bumi yang terlihat selama ini adalah berbentuk garis, bukan lengkungan.
Sehingga bentuk bumi adalah datar, bukan bulat.
Hal itu misalnya terlihat kasat mata
dari atas pesawat bahwa horizon bumi tetap terlihat setinggi mata, yang artinya
bentuk bumi adalah rata atau datar.
Mereka juga menunjukkan percobaan
bahwa kapal yang menjauh ke lautan ternyata bisa terlihat seluruh bagiannya,
bukan hanya bagian atasnya seperti yang selama ini didengungkan pemercaya bumi
bulat.
Flat earthers membuktikannya dengan menggunakan kamera berkekuatan 83x optical
zoom maupun teropong. Hasilnya: seluruh bagian kapal masih bisa terlihat,
meski tampak kecil karena perspektif jarak yang jauh.
Kubu Bumi Bulat membantah argumen
tersebut. Mereka mengatakan, penampakan horizon (garis pertemuan imajiner
antara bumi dan langit) yang seolah setinggi mata itu justru menunjukkan bahwa
bumi ini bulat.
Kalau bumi datar, maka dari atas
pesawat seseorang bisa melihat tepi bumi yang datar tersebut dengan teleskop
canggih.
Tetapi dari kejauhan, di lokasi
manapun termasuk di lokasi yang dianggap dekat tepi bumi sekalipun, seseorang
yang naik pesawat terbang tetap tidak bisa melihat hamparan tepi bumi.
Sumber : https://kumparan.com/utomo-priyambodo/adu-argumen-bumi-datar-vs-bumi-bulat
BAGAIMANA MENURUT ANDA ??
KARENA SAYA JUGA MASIH BINGUNG
No comments:
Post a Comment